Jakarta International Stadium (JIS), stadion terbesar di Indonesia, telah menjadi sorotan publik dalam beberapa waktu terakhir jelang perhelatan FIFA World Cup U-17. Salah satu perdebatan yang hangat adalah pengecekan rumput stadion oleh seorang kontraktor rumput. Apa sebenarnya yang terjadi di balik semua ini?

Dalam konteks ini, perlu dipahami bahwa standar FIFA yang dimaksud oleh Menpora dan lainnya adalah standar yang tercantum dalam lembar verifikasi dan FIFA Stadium Guideline, atau standar yang menjadi milik PSSI sendiri. JIS, yang telah mengikuti panduan ini dalam proses perencanaan dan pembangunannya, tidak membutuhkan renovasi tambahan karena akses dan sarana transportasi publik sudah diperhatikan dan sedang dalam tahap pengembangan sesuai rencana dan masterplan yang telah ditetapkan.

Namun, muncul kekhawatiran saat Menteri Pekerjaan PUPR, Basuki Hadimuljono, melakukan kunjungan ke JIS dengan membawa kontraktor rumput yang merupakan pesaing bisnis yang sudah ada dan merupakan mitra KemenPUPR. Keputusan untuk menggunakan kontraktor rumput ini telah menimbulkan keraguan akan obyektivitas pengecekan rumput stadion.

Seharusnya, pengecekan rumput di JIS dilakukan oleh pihak FIFA agar penilaian yang dilakukan menjadi adil dan transparan. Alih-alih mengandalkan pendapat dari Chairman PT KRP, yang notabnya merupakan seorang kontraktor rumput, sebaiknya FIFA yang memiliki otoritas dalam hal ini melakukan pengecekan. PT KRP sendiri lebih mengkhususkan diri dalam pemeliharaan rumput untuk lapangan golf, bukan sepak bola.

Penting untuk dicatat bahwa rumput yang digunakan di JIS sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Stadion ini menggunakan rumput hybrid yang terdiri dari Zoysia Matrella (95%) yang diperoleh dari Boyolali dan rumput sintetis Limonta (5%). Jenis rumput hybrid ini telah mendapatkan rekomendasi dari FIFA dan telah digunakan di stadion terkenal seperti Wanda Metropolitano dan Allianz Arena.

Munculnya kontroversi terkait pengecekan rumput di JIS seharusnya tidak mengarah pada penghinaan terhadap Buro Happold sebagai desainer stadion dan perusahaan BUMD yang telah bekerja keras untuk membangun JIS. Keterlibatan politik dalam permasalahan ini juga sebaiknya dihindari agar tidak merusak integritas stadion.

Penting untuk diingat bahwa penonton pada Piala Dunia U-17 memiliki karakteristik yang berbeda dengan penonton pada Piala Dunia senior. Oleh karena itu, langkah-langkah pembatasan penonton di stadion dapat dilakukan secara bertahap. Selama masa pandemi COVID-19, pembatasan penonton sudah dilakukan, sehingga bukan merupakan hal baru dalam pengelolaan stadion.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *